Rabu, 30 Maret 2011

Dampak dan Pencegahan Radiasi Nuklir

Dampak

Sebenarnya mekanisme pertahan tubuh manusia dapat melindungi diri dari kerusakan sel akibat radiasi maupun pejanan zat kimia berbahaya lainnya. Namun radiasi pada jumlah tertentu tidak bisa ditoleransi oleh mekanisme pertahanan tubuh itu. Proses ionisasi pada sel-sel tubuh karena proses radiasi dapat merusak sel-sel dan organ tubuh yang menimbulkan berbagai manifestasi.

Berat ringannya dampak radiasi nuklir bagi kesehatan tergantung beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi jumlah kumulatif radiasi yang terpapar, jarak dengan sumber radiasi dan lama paparan radiasi.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa manusia tidak pernah lepas dari radiasi, baik itu radiasi alami maupun radiasi akibat perbuatan manusia. Setiap tahun tiap orang terpapar sekitar 3 milisievert (msv). Sievert adalah satuan untuk menyatakan dosis radiasi. Sebanyak 80 persen dari paparan radiasi itu berasal dari alam. Sebanyak 19,6 persen lainnya muncul dari efek medis dan sekitar 0,4 persen sisanya karena radiasi buatan manusia.
Faktor penyebabkan manusia terpapar radiasi adalah secara langsung menghirup atau menelan zat radioaktif.

Faktor laiinnya adalah adanya zat radioaktif yang menempel pada pakaian atau kulit. Jika seorang individu terpapar radiasi dalam waktu relatif lama, zat-zat radioaktif itu akan merugikan kesehatan. Jika kadar radiasinya di atas normal, individu bersangkutan akan menunjukkan sindrom radiasi akut alias ARS. Gejalanya, mulai ruam merah pada kulit, kerontokan rambut dan timbul seperti luka bakar pada kulit. Hal itu hanya dialami para pekerja di reaktor atau tim penyelamat yang cukup lama berada di reaktor yang bocor.

Radiasi yang tinggi bisa langsung memicu dampak sesaat yang langsung bisa diketahui, sementara radiasi yang tidak disadari bisa memicu dampak jangka panjang yang biasanya malah lebih berbahaya.

Dampak sesaat atau segera setelah terkena paparan radiasi tinggi di sekitar reaktor nuklir antara lain mual muntah, iare, sakit kepala dan demam.

Dampak sesaat atau jangka pendek akibat radiasi tinggi di sekitar reaktor nuklir antara lain mual muntah, diare, sakit kepala dan demam.

Sedangkan dampak jangka menengah atau beebrapa hari setelah paparan adalah pusing, mata berkunang-kunang
Disorientasi atau bingung menentukan arah, lemah, letih dan tampak lesu, muntah darah atau berak darah, kerontokan rambut dan kebotakan, tekanan darah rendah , gangguan pembuluh darah dan luka susah sembuh.

Dampak jangka panjang dari radiasi nuklir umumnya justru dipicu oleh tingkat radiasi yang rendah sehingga tidak disadari dan tidak diantisipasi hingga bertahun-tahun.

Masyarakat umum, sesuai peraturan internasional, memang tidak boleh terpapar radiasi melebihi rata-rata 1 mSv per tahun, sementara itu, pekerja di kawasan radiasi ditetapkan tidak boleh menerima lebih dari 50mSv per tahun.

Dosis radiasi sangat tinggi, sebesar 100 ribu mSv akan membunuh seketika. Sedangkan dosis 10 ribu mSv kemungkinan juga akan membunuh tetapi setelah beberapa hari atau minggu, Pada dosis 3.000-4.000 mSv, kemungkinan untuk bertahan hidup sekitar 50 persen. Dosis yang tinggi ini bisa merusak usus yang menyebabkan muntah-muntah dan diare atau merusak tulang sumsum sehingga melemahkan produksi sel darah merah.

Dosis yang lebih rendah, misalnya 2.000 mSv jarang menyebabkan bahaya langsung bagi kehidupan seseorang, namun gejala penyakit radiasi bisa dirasakan sebagai rasa letih, muntah-muntah dan kurang nafsu makan selama beberapa hari atau minggu, kadang disertai kehilangan rambut, tetapi tak meninggalkan cedera permanen.

Sedangkan dosis 1.000 mSv akan menyebabkan gejala sementara, tetapi tak ada resiko langsung terhadap kesehatan.

Beberapa dampak kesehatan akibat paparan radiasi nuklir jangka panjang antara lain Kanker terutama kanker kelenjar gondok, mutasi genetik, penuaan dini dan gangguan sistem saraf dan reproduk.

Dampak jangka panjang terutama terjadi pada gangguan kesehatan khususnya kanker.

Kebocoran reaktor nuklir terburuk dalam sejarah terjadi di Chernobyl, Ukraina pada April 1986. Radiasi ledakan itu meledak dan telontar 1500 meter ke udara, yang membuat radiasi paparan sampai jauh ke Eropa.
Selain memicu evakuasi ribuan warga dari sekitar lokasi kejadian, dampak kesehatan masih dirasakan para korban hingga bertahun-tahun kemudian misalnya kanker, gangguan kardiovaskular dan bahkan kematian. Bahkan sampai saat ini daerah tersebut dibiarkan tanpa berpenghuni.
Sekotar 60% anak ukrania mengalami kanker gondok, 10% anak menalami gangguan mental, banyak anak mengalami kelainan genetik. Sebagia besar anak Ukrania diduga telah mengalami kelainan pertahanan tubuh setelah terjadinya peristiwa itu. Bahkan beberapa hewan mengalami kerlainan genetik.

Pada tahun 1990 – 1998, didapatkan terjadi peningkatan kasus kanker kelenjar gondok sebanyak 1.791 kasus pada anak-anak Ukraina, yang hidup di wilayah di sekitar Pembangkit Tenaga Nuklir Chernobyl. Para ahli telah menghubungkan semua penyakit kanker kelenjar gondok ini dengan kecelakaan nuklir Chernobyl.

Laporan Kemeny Commission menyebutkan pada kecelakaan Three Mile Island didapatkan tidak ada potensi mengakibatkan kanker atau kasus yang mungkin muncul akan kecil sekali sehingga sangat tidak mungkin untuk mendeteksinya. Kesimpulan yang sama juga terhadap potensi gangguan kesehatan lainnya”

Pencegahan

Bila sebuah reaktor nuklir sudah dinyatakan terjadi kebocoran harus dilakukan penanganan sesuai dengan skala kecelakaan yang terjadi sesuai standar Internasional.

Semua masyarakat dalam jangkauan tertentu harus segera dievakuasi dari resiko terkena paparan tersebut. Bagi semua orang yang telah berada dalam erea daerah paparan harus segera dilakukan skrening tes adanya kontaminasi radiasi dalam tubuhnya. Bila terdapat masyarakat yang terkontaminasi harus segera diisolasi dan dilakkan perawatan dan pemantauan kesehatannya.

Semua masyarakat dalam paparan bencana kebocoran reaktor nukklir sementara belum diungsikan harus tinggal di dalam rumah dan tidak boleh enyalakan AC untuk mencegah kontaminasi dengan udara luar. Masyarakat juga dilarang mengkonsumsi air kran, sayuran, buah-buan ataubahan makanan yang telah terkontaminasi dengan udara luar.

Pemberian garam Yodium diyakini dapat mencegah resiko terjadinya kanker saat terjadi paparan radiasi. Menurut WHO pil potasium iodida hanya akan diberikan jika dampak radiasi sudah dirasa membahayakan. Karena, pil tersebut tidak bisa dikonsumsi secara sembarangan. Pil Iodium meningkatkan kadar jenuh kelenjar tiroid dalam tubuh sehingga bisa mencegah pembentukan iodin radioaktif. Pembentukan iodin radioaktif karena paparan radiasi nuklir inilah yang bisa memicu kanker. Iodium bukan antidot radiasi, apalagi antikanker. Tetapi hanya salah satu faktor yang bisa meredam dampak buruk radiasi dalam tubuh.

International Atomic Energy Agency (IAEA), Badan Pengawas Tenaga Atom PBB, belum mengeluarkan peringatan khusus kepada negara-negara yang bertetangga dengan Jepang akan bahaya radiasi, karena sejauh ini masih dapat tertangani dengan baik. Meskipun saat ini JNSA (Japan Nuclear Safety Agency) telah meningkatkan tingkat bencana internasional dari level 4 ke level 5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar